Kamis, 01 Mei 2008

DITELANJANGI SYAITHON (KAJIAN AHAD, 09 MARET 2008

Petunjuk Dalil Al Qur-an :

Sebagaimana telah dipahami bahwa mukmin adalah hamba yang menjadi pilihan Allah SWT dalam hidup ini, sebagai hamba yang bermartabat dan terhormat (QS Ali Imran. 3 : 139). Hal itu tiada lain karena mau sadar diri menepati kaidah ibadat kepada Allah SWT dalam seluruh dimensinya, untuk menegakkan dan memelihara sinkronisasi dengan seluruh makhluk semesta alam (QS Ar Rum, 30 : 30). Maka kita wajib waspada dan sadar diri, agar tidak mudah terpengaruh oleh rongrongan syaithon yang menggunakan orang-orang kafir sebagai budak syaithon (QS An Nas, 114 : 1 - 6), melalui metodenya yang spesifik, sebagaimana diterangkan dalam Al Qur-an Surah Al A’raf, 7 : 27, yang terjemahnya sebagai berikut :

“Wahai keturunan Adam! Janganlah syaithon itu dapat menipu kamu, seperti apa yang telah dia keluarkan kedua ibu bapak kamu dari taman, (syaithon itu telah berhasil) melepaskan dari keduanya pakaian keduanya supaya memperlihatkan kepada keduanya akan aurat keduanya; Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dari arah yang kamu tidak dapat melihatnya; Sesungguhnya Kami jadikan syaithon itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Pembahasan :

Kalau diambil dari satu sisi, ayat tersebut menerangkan upaya syaithon untuk menelanjangi manusia, karena sesungguhnya Allah SWT telah mengingatkan secara jelas, bahwa syaithon (abadon, satanda) sebagai musuh(QS Ya-sin, 36 : 60).

Oleh karena itu, siapapun yang dapat dipengaruhi oleh syaithon akan dinyatakan sebagai sahabat kental (QS Az Zuhruf, 43 : 36), dan secara pasti akan diseret untuk menjadi penduduk neraka yang membakar (QS Fathir, 35 : 6).

Rasulullah saw telah memberikan pengertian tentang sifatul anbiya’, bahwa dimaksudkan ”pakaian dari muslim” itu adalah taqwa, yang merupakan tuntutan pokok untuk menjadi muslim (QS Ali Imran, 3 : 102). Maka orang yang telah ditelanjangi oleh ketaqwaannya akan memunculkan perangai antara lain :

1. Dalam Hal Aqidah dan Taqorrub

Akan rusak akibat dari sifat mengada-ada (QS Al An’am, 6 : 93), dan pengaruh taklid buta yang sangat dilarang oleh syara’ (QS Al Isra, 17 : 36), serta mengutamakan tradisi nenek moyang (QS Luqman, 31 : 21). Hal tersebut akan mempengaruhi faktor perilaku yang disebut obscurantis (semangat buta) sebagai bentuk kompensasi dari eklektisisme (mengambil pedoman dari berbagai arah selain Al Qur-an dan Al Hadits Shahih) sebagaimana diterangkan di dalam Al Qur-an Surah Al An’am, 6 : 116.

2. Dalam Hal Akhlak

Akan rusak akibat dari pengaruh peradaban messianik (brutal dan panik serta rusak-rusakan), sehingga menimbulkan berbagai kerusakan dalam tatanan, ekonomi, generasi dan kaum hawa (QS Al Baqarah, 2 : 204 - 206). Hal tersebut akan berakhir dengan kerapuhan dan kehancuran, sebab tidak menepati kaidah tabayyun (QS Al Hujurat, 49 : 6).

3. Dalam Hal Kemajuan dan Teknologi

Kekuatan rasio sangat terbatas dan secara pasti akan menuju kepada batas rasio (QS Ar Rum, 30 : 7), maka syaithon akan menelanjangi sifat intelektual manusia melalui angan-angan tentang Qorun, Haman, dan Fir’aun (QS Al ’Ankabut, 27 : 39), sehingga akan memicu munculnya penindasan manusia atas manusia secara tragis (QS Al Isra : 17 : 16), dan akan pula mengundang kemurkaan alam dengan berbagai kerusakan dan kehancuran (QS Yunus, 10 : 24). Hal tersebut akan berarti menentang ketentuan Allah SWT tentang yang berhak untuk mewarisi bumi ini (QS Al Anbiya’, 21 : 105).

Dengan demikian untuk menjadi pelajaran dan peringatan terhadap hamba Allah SWT yang beriman, agar senantiasa waspada diri dari pengaruh budak-budak syaithon kaum kafirin, yang dengan berbagai metode dan sarana akan senantiasa menelanjangi kemanusiaan dan kehancuran Dinullah, terutama melalui berbagai media massa mereka.

Mubarki

Gbcm.03-III-0429007005

Tidak ada komentar: