Rabu, 29 Oktober 2008

MUDZA-KARAH 'ULAMA (KAJIAN AHAD, 26 OKTOBER 2008)

Petunjuk Dalil Al Qur-an :

Allah telah menetapkan melalui firman-Nya di alam Al Qur-an Surah Al Baqarah, 2 : 208, yang artinya :

“Wahai orang-orang yang sama beriman! Masuklah kamu dalam Islam secara keseluruhan! Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon, karena sesungguhnya ia itu bagi kamu adalah musuh yang nyata.”


Ayat tersebut apabila ditelaah berdasarkan ayat sebelum dan sesudahnya, merupakan petunjuk yang tegas dengan maksud yang jelas, antara lain :


1. Ayat tersebut ditekankan yang khususnya kepada “Al Ulama”, sebagai hamba yang peka terhadap factor lingkungan bagi proses sinkronisasi (QS Fathir, 35 : 28);


2. Sebagai pembeda antara haq dengan yang bathil (QS Al Baqarah, 2 : 42), dan antara mukmin dengan orang yang tidak beriman dengan akhirat (QS Al Isra’ 17 : 45);


3. Menjelaskan berbagai kemadlaratan dari pola syaithon, yaitu manajemen Jibti dan metode operasional Thaghut (QS An NIsa’, 4 : 51);

4. Untuk memberikan ketegasan tentang keberadaan system yang mutlak dan wajib dipedomani oleh mukmin (QS Al An’am, 6 : 153).


Didapat pengertian dari perkataan “fis silmi ka-ffatan”, adalah “fil ittifa-qul ‘ulama” (suatu bentuk kesepakatan ulama) melalui metode “mudza-karah”, yang berarti mengingatkan berdasarkan dalil yang jelas dan bukan kaidah dari hasil buah pikiran.


Pembahasan :

Untuk dapat dipahami, bahwa perkataan “mudza-karah” itu bersifat mengingatkan, yang dengan itu maka dapat membangkitkan rasa kesemangatan yang dilandasi kebenaran Dinullah, atas dasar dalil yang jelas, agar tidak menimbulkan kesemangatan yang bersifat obskurantis (menggebu-buta). Oleh karena itu, wajib dimotivasi dengan keterangan-keterangan yang jelas, antara lain :


1. Faktor sejarah, sehingga dapat mengambil i’tibar dari berbagai kisah nyata dari perjuangan umat terdahulu dalam upaya menuju tegaknya Kalimatullah (QS Ali Imran, 3 : 137). Dan juga untuk mengkaji secara detail tentang langkah dan tahapan yang akan dilalui menuju janji Allah (QS Al Hasyr, 59 : 2);


2. Ketetapan Sunnatullah tentang perjalanan sejarah bangunan Khilafah pada fase I, yang perjalanan awal diproses berdasarkan petunjuk Taurat atas Musa a.s., kemudian berakhir dengan perutusan Isa a.s. dengan wahyu Allah dalam Injil, ”sebagai pembatas” (QS Az Zukhruf, 43 : 61). Kemudian untuk selanjutnya akan masuk perjalanan fase II, yang diproses dan dipandu oleh Rasulullah saw (QS Ali Imran, 3 : 68) dengan berdasrkan petunjuk wahyu Allah, Al Qur-an, menuju gambaran akhir yaitu Daulah Islam mendunia (QS At Taubah, 9 : 33) dalam bangunan ketetapan Allah, yaitu ”khilafah Muslimin” sampai akhir perjalanan zaman (QS An Nur, 24 : 55);


3. Mengingatkan kepada para Ulama terhadap ”Kepastian kekuasaan Allah”, terhadap sikap angkara murka yang menimbulkan penderitaan umat berkepanjangan, sehingga memunculkan ”jeritan nurani kemanusiaan” (QS Al Baqarah, 2 : 214). Maka Allah akan bangkitkan pemimpin-pemimpin berkaliber dunia atas izin-Nya, justru dari kalangan umat yang tertindas (QS Al Qoshosh, 28 : 5).


Dengan beberapa keterangan tersebut, membuktikan bahwa Sejarah Rumpun Melayu mempunyai untaian penjelasan yang spesifik, bahwa istilah ”Rumpun Melayu adalah identik dengan Islam" dan bahkan Rabithah Alam islami telah pernah memberikan sinyal, bahwa kebangkitan Islam mendunia diharapkan dari Rumpun Melayu.


Oleh karena itu, petunjuk dalil pokok kajian tersebut bermuatan penjabaran makna yang luas, maka harapan dan upaya, dengan melalui proses Mudza-karah ’Ulama Serumpun Melayu, semoga kiranya dibenarkan Allah sebagai langkah awal yang pasti guna menjemput kedatangan Janji Allah.


Mubarki

Gbcm.0908026

Tidak ada komentar: