Selasa, 03 Juni 2008

SIKAP DAN SIFAT IBLIS (KAJIAN AHAD, 01 JUNI 2008)


Petunjuk Al Qur-an

Allah telah menetapkan melalui firman-Nya terhadap keberadaan Manusia, adalah sebagai khalifah, yang berarti ”pengganti” (QS Al Baqarah, 2 : 30). Keberadaan ini diimbangkan dengan ketetapan Allah, yaitu ”Pengabdian dalam tiga dimensi”, melalui penurunan Al Qur-an (QS Ali Imran, 3 : 138). Maka Allah tetapkan Iblis sebagai ”Tim penguji” melalui gambaran sikap ”aba was takbara”, akan mengecohkan manusia agar terpengaruh dan menjadi ingkar (QS Al Baqarah, 2 : 34), dengan pola yang disebut ”sifat syaithon”, digambarkan dalam Surah Bani Israil, 17 : 64, yang artinya sebagai berikut :

”Dan gerakkanlah siapapun yang kamu mampui dari mereka dengan suara kamu, dan kerahkanlah atas mereka dengan pasukan kudamu dan pejalan kakimu, dan sekutukanlah mereka dalam hal harta benda dan anak-anak, dan janjikanlah kepada mereka. Dan tiadalah syaithon itu memberi janji kepada mereka melainkan tipuan.”

Ayat tersebut memberikan gambaran tentang ”pola syaithon” yang akan menjerumuskan manusia agar dapat mempengaruhi perilaku manusia untuk menjadi pengikutnya dan akan diseret dengan arah perjalanan ke neraka. Hal ini telah diingatkan-Nya di dalam Surah Fathir, 35 : 8, yang artinya sebagai berikut :

”Sesungguhnya syaithon itu bagi (kemanusiaan) kamu adalah sebagai musuh, maka perlakukanlah ia itu sebagai musuh. Adapun sebenarnya syaithon itu menyeru pengikutnya agar menjadi golongan penduduk neraka.”

Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa sesungguhnya syaithon itu ”musuih kemanusiaan”, maka seluruh pola syaithon itu pada hakikatnya akan menelanjangi faktor kemanusiaan, sehingga membuat manusia agar lupa diri dan menafikkan terhadap nilai-nilai tauhid dan kemanusiaan itu.

Pembahasan

Sudah merupakan sunatullah atas kehidupan umat manusia dalam dunia ini, bahwa ”Iblis dengan sifat-sifatnya yang disebut syaithon” telah disarangkan ke dalam nafsu manusia sebagai Tim penguji.

1. Karena nafsu manusia itu dihiasi rasa kecenderungan kepada keduniaan (QS Ali Imran, 3 : 14), sehingga syaithon akan dapat membuat manusia menjadi ”cenderung berat” terhadap gemerlapnya keduniaan (QS Al ’Adiyat, 100 : 8 - 10). Dan selanjutnya membuat manusia menjadi tidak sadar telah berada di dalam jebakan tipu daya kehidupan dunia yang bersifat semu, karena hal itu adalah kesenangan yang menipu (QS Al Hadid, 57 : 20);

2. Manusia yang telah berhasil dilumuri nafsunya dengan bisikan syaithon secara penuh, maka akan menjadi sahabat karibnya (QS Al Zukhruf, 43 : 36), di dalam pola hidupnya akan mendewakan nafsunya (QS Al Jatsiyah, 45 : 23). Kemudian akan menafikkan kebenaran Dinullah dengan berbagai ajaran yang diada-adakan secara penuh dusta (QS Al An’am. 6 : 93).

Maka ia akan mempengaruhi orang yang berpenyakit hati, sehingga :

1. Tidak mampu untuk membedakan antara suara nafsu dengan suara nurani dalam menepati panggilan Allah dan Rasul-Nya (QS Al Anfal, 8 : 24);

2. Tidak menyadari bahwa di dalam hidupnya termasuk orang yang memecah-belah Ad Din, sehingga dapat membuat mereka bangga dengan firqoh yang salah itu (QS Ar Rum, 30 : 32);

3. Tidak menyadari bahwa dalam hidupnya telah mengalami ”proses dehumanisasi”, sehingga memunculkan penindasan manusia atas manusia, dan berbagai bentuk peradaban mesianik (kotor/peternak syaithon) (QS Al Kahfi, 18 : 104 - 105).

Di Dalam menepati pengadian tiga dimensi, maka yang prinsip adalah tuntutan kewaspadaan diri terhadap sikap dan sifat Iblis yang mempunyai program ”tipu daya dengan pedang yang bermata dua” terhadap manusia (QS Luqman, 31 : 33).


Mubarki
Gbcm.0908012

Tidak ada komentar: