Selasa, 30 September 2008

Selasa, 16 September 2008

MEMAHAMI PERINTAH (KAJIAN AHAD, 07 SEPTEMBER 2008)

Petunjuk Al Qur-an :

Sesungguhnya bagi orang yang telah menerima Nur Islam (QS Az Zumar 39 : 22), dituntut kemampuannya terhadap “pembatas dalam diri” (QS Al Anfal, 8 : 24). Karena dengan itu akan terpandu ketaatannya dalam menjalani perintah, yang dinyatakan di dalam surah Al Anfal, 8 : 20, yang artinya sebagai berikut :

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling padahal kamu sama mendengarkan.”

Ayat tersebut ada keterkaitan tentang “proses pengkondisian” yang dilakukan oleh Ahli Kitab dan Musyrikin terhadap umat Islam, sebagaimana dapat dirasakan dampak psikolodisnya, yaitu berbagai fitnah yang ditujukan terhadap umat Islam, dalam bentuk sebagai pembangkangan sepanjang zaman (QS Al Anfal, 8 : 25).

Kajian dan bahasan :

Bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menempatkan posisi Kafirin secara umum, adalah sebagai “tim”, yang secara pasti melaksanakan “metode operasional” Jibti dan Thaghut (QS An Nisa’, 4 : 51), dengan strategi umum adalah “upaya pemadaman cahaya kebenaran Dinullah” (QS Ash Shaf, 61 : 8), antara lain “pengkondisian terhadap pemahaman Al Qir-an (QS Fushilat, 41 : 26).

Akan tetapi, berdasarkan pemahaman terhadap kaidah mi’yarul ulum (ilmu untuk memahami Al Qur-an), ternyata penurunan Al Qur-an sangat tersusun secara “sangat spesifik”, yang tidak mungkin terjangkau oleh intelektuan Kafirin. Sebagai gambaran tentang proses hidayah yang ditetpkan Allah SWT di dalam Al Qur-an (QS Az Zumar, 39 : 23), untuk membangun kesemangatan dalam perjalanan menuju “janji Allah”, melalui kalimat yang serupa dan diulang, yaitu sebagai berikut :

1. Firman Allah SWT di dalam surah Ash Shaf, 61 : 9

Adalah menggugah kesadaran hati untuk bertransaksi kepada Allah SWT dengan menepati “kaidah mukmin secara benar”, termasuk dalam kaidah kebersamaannya (QS Al Fath : 28).

2. Firman Allah SWT di dalam surah Ash Shaf, 61 : 9

Adalah memberikan suatu petunjuk mutlak dalam menata diri sebagai muttabi’ur Rasul dengan semangat yang prima. Kemudian dalam segala pelaksanaan kerjanya termotivasi secara benar (QS Az Zumar, 39 : 11 – 12) dan dengan sistem yang benar (QS Al Furqon, 25 :52).

3. Firman Allah SWT di dalam surah At Taubah, 9 : 33

Adalah petunjuk yang di dalamnya tersimpan “janji yang pasti akan terjadi” berdasarkan penjelasan Rasulullah di dalam HR Muslim dari jalan Syaddad bin Aus dan Tsauban berderajat Shahih. Maka panduan menuju janji Allah, antara lain :

a. Keberadaan Al Qur-an yang terpelihara keasliannya (QS Al Hijr, 15 : 9).

b. Petunjuk Rasulullah saw tentang keberadaan “Mujaddid” yang dibangkitkan Allah pada setiap awal abad untuk memberikan pembaharuan Islam di tengah umat (HR Abu Daud, Al Hakim, Al Baihaqi dari jalan Abi Hurairahm dengan derajat Shahih).

c. Proses awal dari janji Allah SWT tentang Daulah Islam Dunia ditandai dengan pengakuan dan penyerahan Ahli Kitab dan Musyrikin kepada para Ulama Islam setelah melalui proses munadharah dan mubahala (QS Al Hasyr, 59 : 2). Kemudian menunggu satu masa perjalanan (QS Shad, 38 : 88) dan perjalanan selanjutnya akan diawali oleh Al Mahdi (HR Abu Daud, Ibnu Majah, berderajat Shahih) dalam menyambut “ketetapan Allah SWT”, yaitu Khilafatul Muslimin sampai akhir zaman.

Maka jelas, bahwa dalam memahami perintah Allah di dalam hal taat bertujuan untuk membuktikan keberadaan kapasitas iman dan penyesalan yang berkepanjangan apabila mengabaikan petunjuk Al Qur-an.

Mubarki

(gbcm.0908021)

PENGAJARAN BERHARGA (KAJIAN AHAD, 31 AGUSTUS 2008)

Petunjuk Al Qur-an :

Bahwa perjalanan sejarah dari para Rasul dan orang-orang yang telah menentang kebenaran Rasul, serta umat terdahulu adalah suatu i’tibar. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam surah Yusuf : 11, yang artinya sebagai berikut :

“Niscaya sungguh yang terjadi dalam kisah-kisah mereka itu sebagai pengajaran bagi yang mempunyai lubb, tiadalah ia (Al Qur-an) itu perkataan yang diada-adakan, akan tetapi (Al Qur-an) itu membenarkan (kisah-kisah dalam Kitab-kitab) terdahulu, dan menjelaskan segala sesuatu, dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang mau beriman.”

Pembahasan :

Sebagaimana yang telah dipahami, bahwa seluruh isi Al Qur-an itu adalah kebenaran yang pasti yang dikirim Allah SWT kepada Rasul-Nya, Muhammad saw, adalah penyempurna dari Kitab-kitab terdahulu (QS Al Baqarah, 2 : 106), sebagai sumber (QS Ali Imran, 3 : 138), dan jalan mutlak (QS Al An’am, 6 : 153). Maka segala perumpamaan yang terkandung di dalamnya bertujuan untuk memudahkan di dalam pemahaman bagi orang-orang yang beriman.

Di dalam pengambilan sebagai pengajaran dan pedoman hidup dari Al Qur-an itu, antara lain :

1. Kisah perjalanan Bani Ya’kub, yang diperkenalkan dengan istilah Bani Israil tentang pesan Ya’kub kepada anak-anaknya (QS Al Baqarah, 2 : 132 - 133).

2. Kisah mimpi Yusuf a.s. sebagai awal perjalanan hidupnya.

3. Tindakan tragis dari sikap angkara murka Fir’aun terhadap Bani Israil dan janji Allah SWT terhadap penderitaan Bani Israil (QS Al Qoshosh, 28 : 4 – 5).

4. Tuntunan terhadap Bani Israil yang terdiri dari 12 bangsa yang berdaulat di bawah ketetapan Kitabullah Taurat (QS Al A’raf, 7 : 160).

5. Penurunan Isa a.s. atas ketetapan Allah SWT adalah sebagai isyarat berakhirnya perjalanan Bani Ya’kub (QS Az Zukhruf, 43 : 61). Kemudian akan digantikan oleh keturunan Ismail, yaitu Muhammad saw beserta orang-orang yang beriman dan menjadi muttabi’nya (QS Ali Imran, 3 : 68).

Dan masih banyak lagi berbagai kenyataan sejarah umat terdahulu, yang kesemuanya itu menuntut kesadaran untuk dijadikan sebagai dasar pembelajaran yang sangat penting.

Dengan mengambil beberapa petujuk sebagaimana tersebut di atas, maka Allah SWT telah memberikan saksi-Nya tentang akan ditegakkannya Daulah Islam di bawah ketetapan Hukum Al Qur-an atas umat manusia di seluruh dunia sampai akhir zaman (QS At Taubah, 9 : 33; HR Muslim). Maka inilah yang menjadi pantauan utama umat Islam yang mendambakan kesaksian dari Allah di sisi-Nya (QS Ali Imran, 3 : 53). Karena proses menuju ke sana melalui beberapa isyarat yang menjadi petunjuk bagi hamba-hamba-Nya yang beriman (QS Al Furqon, 25 : 52).

Dengan demikian maka petunjuk Al Qur-an dan panduan Rasulullah saw dalam cara berhukum, adalah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak yang tidak boleh diabaikan (QS An Nisa’, 4 : 64 – 65).

Mubarki

(gbcm.0908020)

Selasa, 02 September 2008