Rabu, 30 April 2008

MEMACU DIRI (KAJIAN AHAD, 17 FEBRUARI 2008)

Petunjuk Dalil Al Qur-an :

Bahwa sesungguhnya Allah SWT dengan keberadaan Al Asma-ul Husna-Nya, telah menetapkan beberapa langkah pokok bagi hamba-Nya yang takut kepada-Nya dan mengharapkan kemuliaan hidup dalam dunia dan kebahagiaan di Hari Akhirat, sebagaimana difirmankan-Nya di dalam QS Al Mukminun, 23 : 57 - 61, yang terjemahnya sebagai berikut :

“Sesungguhnya orang-orang yang mereka dari rasa takut kepada Robb mereka, (kemudian mereka) menjadi orang-orang menjaga diri;

“Dan orang-orang yang mereka dengan ayat-ayat Robb mereka sama beriman;

”Dan orang-orang yang mereka dengan Robb mereka tidak menyekutukan;

”Dan orang-orang yang mereka memberikan segala apa yang mereka telah datangkan, dan mereka yang gemetar (oleh rasa takut), bahwa mereka itu kepada Robb mereka (pasti) kembali;

”Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebajikan dan mereka kepadanya sama berlomba.”

Pembahasan :

Sebagaimana telah dipahami, bahwa penggunaan lafadz Robb yang mempunyai arti, antara lain Maha Mendidik, Maha Mengatur, dan Maha Memelihara, adalah berfungsi ganda, di samping makna sebenarnya juga terkait dengan seluruh liputan dalam Al Asma-ul Husna (QS Al Hasyr, 59 : 24).

Seluruh lafadz yang tertera pada ayat-ayat tersebut sangat jelas berhubungan dengan Ad Din (aturan), sehingga kalimat-kalimatnya pada tiap-tiap ayat, di samping ada hubungan dengan ayat lain, juga menuntut kesungguhan di dalam pelaksanaannya. Karena pada dasarnya manusia itu dituntut di dalam pengabdiannya, agar bermuwajahah hanya kepada Allah SWT dengan penuh penyerahan diri dan menjauhi dari sikap menyekutukan (musyrik) kepada Allah SWT (QS Al An’am, 6 : 79).

Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut sangat menuntut kesungguhan untuk ditepati, yaitu antara lain:

1. Rasa takut kepada Robb

Dimaksudkan adalah rasa takut akan menjadi kafir setelah beriman, seperti takutnya kalau akan dimasukkan ke dalam neraka. Karena kafir itu berarti tertutup hatinya dari kebenaran Dinullah, sehingga membuat seluruh amaliahnya tidak akan dinilai Allah SWT, ibarat fatamorgana di padang pasir (QS An Nur, 24 : 39). Kemudian segala do’anya tidak akan dikabulkan Allah SWT dan tidak mungkin akan dimasukkan ke dalam Jannah (QS Al A’raf, 7 : 40).

2. Rasa kekhawatiran

Dimaksudkan adalah rasa kekhawatiran terhadap sikap musyrik (menyekutukan) kepada Allah SWT dan kebenaran-Nya, karena hal tersebut merupakan dosa yang besar. Musyrik itu bersifat :

a. Syirik Rububiyah

b. Syirik Uluhiyah

c. Syirik Sifat

3. Rasa menyerahkan diri

Dimaksudkan adalah rasa penyerahan dengan segala keberadaan di dalam dirinya semata-mata untuk Allah SWT dan Rasul saw dan Jihad di jalan-Nya (QS At Taubah, 9 : 24), karena sadar bahwa hidup dalam dunia ini wajib bertransaksi dengan Allah SWT (QS Ash Shaf, 61 : 10 - 12), dan Allah SWT telah menetapkan pembalasannya (QS At Taubah, 9 : 111).

4. Rasa bersegera dalam kebajikan

Dimaksudkan adalah dengan segala kemampuannya untuk bersegera di dalam kebajikan yang ditetapkan Allah SWT dan Rasul saw, dalam rangka menjunjung tinggi Kalimatullah dengan diikuti kesadaran yang prima untuk berpihak kepada hati dan bukan kepada nafsu (QS Al Anfal, 8 : 24).

Dengan pembahasan di atas, menjadi jelas bahwa hidup dalam dunia ini agar tidak terbelenggu oleh nafsu syaithoniah yang senantiasa akan menyengsarakan manusia. Maka sangat dituntut kesadarannya, sebagai hamba Allah SWT yang senantiasa berpihak kepada kebenaran Dinullah, walaupun apada lahiriahnya seakan-akan berpayah diri.

Akan tetapi, ketahuilah bahwa itu merupakan bisikan nafsu syaithoniah yang senantiasa akan menghambat untuk menepati perintah Allah SWT. Itulah gambaran hamba Allah SWT yang memperoleh kesadaran tentang makna hidup.