- Seluruh perbuatan kafir,secara hokum,betapapun keadaannya, maka tiada bernilai sama sekali, dan bahkan diibaratkan sebagai fatamorgana di padang pasir (QS An Nur, 24 : 39. Hal ini untuk menguatkan “sikap waspada dan waskitha”, yang dengan itu tidak akan mudah tergelincir dan terjebak terhadap program unggulan sikafir (QS Al Baqarah, 2 : 204 - 206). Karena pada hakikatnya merupakan di antara proses yang diupayakan untuk menghancurkan Islam dan melumpuhkan Mukmin, walaupun sebenarnya tidak akan pernah dibiarkan oleh Allah (QS Al Anfal, 8 : 30).
- Berbagai sikap ketakaburan yang dilakukan untuk menghancurkan Kebenaran Islam dan ummat Muslim, antara lain penonjolan kecanggihan di bidang teknologi mereka dan pola pikir serba modern, bahkan membanggakan “Institusi Dunia” mereka untuk mengecilkan nyali ummat Islam (QS MAryam, 19 : 73).
- Berbagai bentuk aliansi (penyatuan pikiran, (QS Al Anfal, 8 : 73), untuk melampiaskan rasa kebencian terhadap Islam dan umat Islam (QS Al Baqarah, 2 : 120). Maka mereka meren canakan berbagai program yang terselubung dan beralibi, dengan isyarat gerakan yang disebut ”tis’ata rohthin” (sembilan aktor intelektual), dan sekarang dikenal dengan istilah peran mafia (QS An Naml, 27 : 48 - 49).
Sabtu, 16 Juni 2012
MULTI KEJAHATAN KAFIR
Senin, 11 Juni 2012
MENEPATI PERINTAH TAAT
- Keberadaan Rasulullah adalah menjelaskan dan memandukan ayat-ayat yang mujmal, dan tidak dibenarkan untuk berselisih dengan ketetapan Rasulullah (QS Al Hajj, 22 : 67).
- Tuntutan lafadz ”athi’u” memberikan kekuatan tentang maksud, yang berhubungan dengan masalah “penyesalan” sebagai sambutan terhadap persyaratan yang ditentukan oleh Allah (QS Tha Ha, 20 : 82). Dan ”bobot I, am” sebagai sambutan terhadap ketentuan Allah berupa penawaran terhadap faktor individu dan factor harta benda dari hambaNya yang dikehendaki-Nya (QS Al Taubah, 9 : 111).
- Dituntut upayanya untuk mencapai kefahamannya terhadap derajat Al Qur-an sebagai rutbah tertinggi (QS Az Zumar, 39 : 23) dengan melalui aktivitas majlis ilmu (QS Az Zumar, 39 : 18) dan aktivitas bertadabbur (QS Muhammad, 47 : 4).
- Dituntut upayanya untuk dapat memahami dan menghayati terhadap kedudukan Muhammad saw sebagai Rasulullah (QS Ali Imran, 3 : 144), dan penutup dari seluruh Nabi yang telah ditewtapkan Allah (QS Al Ahzab, 33 : 40).
- Dituntuk kefahamannya terhadap Sosok Muhammad Rasulullah sebagai pedoman dalam berakhlak (QS Al Qolam, 68 : 4), panduan dalam menepati petunjuk Al Qur-an (QS Al Ahzab, 33 : 21), gambaran dalam sikap kepekaannya terhadap kondisi lingkungan (QS Al Taubah, 9 : 128), dan sebagai panduan utama untuk menepati pola strategi Islam (QS Al Hujurat, 49 : 7).
- Tidak dibenarkan bersifat mendahului dari ketetapan Allah dan Rasul-Nya (QS Al Hujurat, 49 : 1).
- Tidak dibenarkan mengada-ada dalam menepati seluruh dimendi pengabdiannya kepada Allah (QS Al An’an, 6 : 93). Karena perutusan atas Muhammad Rasulullah adalah pembawa batasan yang bersifat mutlak (QS Al Hajj, 22 : 67).
- Wajib menjadikan kecintaannya kepada Allah dan Rasul dan jihad dijalan-Nya adalah diletakkan pada posisi di atas segalanya (QS Al Taubah, 9 : 24).
- Wajib menjadikan dan mengupayakan terhadap Al Qur-an sebagai pedoman dan jalan mutlak (QS Al An’an, 6 : 153), kemudian berkemampuan untuk menyatakan dirinya di tengah ummat sebagai sosok Muslim yang telah mempersiapkan dirinya hanya untuk Islam dan untuk Allah (QS Fushilat, 41 : 33).
Sabtu, 03 Januari 2009
KEWAJIBAN DALAM KEBENARAN (KAJIAN AHAD, 03 JANUARI 2009)
Selasa, 09 Desember 2008
FAKTOR KEJIWAAN (KAJIAN AHAD 23 NOPEMBER 2008)
Senin, 01 Desember 2008
MEMAHAMI PETUNJUK (KAJIAN AHAD, 16 NOPEMBER 2008)
Dengan memperhatikan dan mencermati terhadap petunjuk Al Qur-an surah Al Isra, 17 : 105, yaitu :
Artinya : “Dan (ketahuilah bahwa) dengan yang sebenarnya Kami telah turunkan (Al Qur-an itu), dan dengan membawa Kebenaran ia (Al Qur-an) itu, dan tiadalah Kami utus engkau(Muhammad) melain kan sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pengancam.”
Bahwa muatan ayat tersebut menuntut :
a. Kepahaman terhadap keberadaan dan kedudukan Al Qur-an
b. Kepahaman terhadap perutusan Muhammad sebagai penutup dari seluruh nabi (QS Al Ahzab, 33 : 40), adalah sebagai kunci bagi memperoleh cinta dan ampunan Allah (QS ali Imran, 3 : 31).
Dengan yang tersebut akan merupakan isyarat untuk diwas padai,yaitu berupa berbagai tindakan pemurtadan (QS Al Baqarah, 2 : 109), dan berbagai upaya untuk mengganggu konsentrasi umat Islam terhadap Al Qur-an (QS Fushila, 41 : 26). Kemudian akan bermunculan manusia-manusia zandaqoh dengan sikap ambivalensinya berupaya merusak citra Islam dan berupaya menghambat perjalanan para muttabi’ Rasulullah saw (QS An Nisa', 4 : 91). Karena ketetapan Allah yang pasti terhadap keberadaan sosok Muhammad Rasulullah (QS Al Hujurat, 49 : 7).
Pembahasan
Sesungguhnya keterangan secara terurai berdasarkan keterka itan ayat sebelum dan seudahnya, maka dapat dipaham secara cukup jelas, karena keberadaan rincian petunjuknya antara lain sebagai berikut :
01. Bagi yang mau bertadabbur,maka secara pasti al Qur-an akan memandu kepada kesempurnaan taqwa secara baik dan benar (QS Az Zumar, 39 : 27-28);
02. Ketetapan Allah terhadap Al Qur-an sebagai ”sumber” adalah merupakan titik tolak yang pasti bagi pembangunan Kemanusiaan disegala sector kehidupan yang dipelopori oleh hamba-hamba yang bertaqwa (QS Ali Imran, 3 : 138);
03. Al Qur-an sebagai petunjuk pasti bagi hamba yang beriman (QS Az Zumar, 39 : 23), dan secara pasti pula akan ditegakkan Allah sebagai Norma Hukum atas umat manusia (QS Al Jatsiyah, 45 : 20). Maka berarti menempatkan diri kedalam golongan orang-orang yang berjihad dalam urusan Dinullah adalah wajib (QS Al Hajj, 22 : 78);
04. Keberadaan Muhammad saw sebagai Rasul adalah wajib diikuti segala yang menjadi batasan-batasannya (QS Ali Imran, 3 : 31). Karena dengan itu akan memandu dalam melaksanakan berbagao ke wajiban dalam Millah Ibrahim (QS Ali Imran, 3 : 68).
Dengan yang tersebut maka berarti bahwa amanah kerasulan Muhammad saw adalah amanah yang akan mengantar umat Islam memperoleh kesaksian Allah (QS Ali Imran, 3 : 53), sebagai hamba yang bekerja keras menjemput Hari Kejayaan Islam atas umat manusia sampai akhir zaman
mubarki
gbcm.0908028
Rabu, 12 November 2008
PETUNJUK KESELAMATAN (KAJIAN AHAD, 09 NOPEMBER 2008)
Artinya : “Maka (lantaran itu) bertakwalah kamu menurut kemampuan kamu,dan dengarkanlah, dan taatilah, dan infaqkanlah (hartamu) secara baik untuk dirimu sendiri. Dan barangsiapa yang terpelihara dari kebakhilan dirinya, maka mereka itu orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan.”
Ayat tersebut dalam mengambil salah satu jurusan, adalah merupakan pembinaan untuk mencapai kesadaran dan kesiapan yang utama, bahwa rumah tangga Muslim adalah merupakan lembaga inti bagi pembangunan masyarakat dunia, karena dilandasi dengan sikap “mawaddah wa rahmah” (QS Ar Rum, 30 : 21).
Pembahasan
Ayat tersebut merupakan batasan pokok bagi yang telah menerima Nur Islam, dalam keterkaitan dengan perjalanan Muslim dalam memotivasi diri (QS Az Zumar, 39 : 11 - 12). Batasan tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Perintah “Taqwa kepada Allah”
Dengan perintah langsung, dan diikuti kalimat ”mastatho’ tum”, maka berarti menuntut kemampuan pribadi dalam hal karakter dan sistem (QS Ali Imran, 3 : 102). Kemudian menuntut kepeduliannya terhadap masalah keumatan (QS Ali Imran, 3 : 110), dan tanggung jawab generasi (QS An Nisa’, 4 : 9).
b. Perintah “Isma’u”
Adalah kesadaran membuka hatinya terhadap wasiat Kebenaran dan Keteguhan hati dalam Islam (QS Al ’Ashr, 103 : 3), agar tidak kotor hati serta mudah menerima bisikan syaithon (QS Al Hajj, 22 : 53), dan tidak mengabaikan Kebenaran Islam supaya jangan menjadi sahabat syaithon (QS Az Zukhruf, 43 : 36).
c. Perintah “Athi’u”
Adalah berkaitan erat dengan masalah “aktivitas majlis Ilmu secara langsung” (QS Az Zumar, 39 : 18) dan “tak lansung dalam bentuk bertanya tentang dalil yang menjadi hujjah” (QS Luqman, 31 : 14). Karena ketaatan itu hanya diterima Allah selama dilandasi oleh “Kebersihan Islam sebagai Di-nullah” (QS Az Zumar, 39 : 3), kemudian berlanjut dengan “Kalimah Thoyyibah dan ‘amal shalih” (QS Fathir, 35 : 10).
d. Perintah “infaq”
Kesemuanya tersebut secara pasti merupakan petunjuk keselamatan bagi tiap pribadi yang benar-benar mendamba kan keredlaan Allah disisi-Nya (QS Al Lail, 92 : 19-21).
mubarki
gbcm.0908027
Senin, 03 November 2008
PANDUAN AL QUR-AN DI DALAM MENUJU DAULAH ISLAM DUNIA (KAJIAN AHAD, 02 NOPEMBER 2008)
Petunjuk Dalil Al Qur-an :
Di dalam kita memahami manusia sebagai makhluk sosial (QS An Nisa’, 4 : 1) untuk dapat berinteraksi secara positif bagi memelihara nilai kemanusiaan (QS Al Hujurat, 49 : 13),Allah SWT telah dipandukan suatu gambaran pedoman kebenaran, sebagaimana diterangkan di dalam Al Qur-an Surah Al Baqarah, 2 : 208, yang artinya :
“Wahai Rasul! Sampaikanlah segala apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb kamu. Dan jika kamu kerjakan, maka (berarti) tiadalah kamu menyampaikan risalah-Nya, dan Allah itu memelihara kamu dari (berbagai gangguan yang direncanakan oleh) manusia. Sesungguhnya Allah itu tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang sama kafir.”
Pengkajian Ayat :
Apabila petunjuk dari ayat tersebut ditelaah secara seksama maka dapat diambil beberapa pengertian, antara lain :
1. Pernyataan Allah langsung kepada Rasul-Nya.
Merupakan petunjuk mutlak bagi umatnya tentang keberadaan Rasulullah, yaitu sebagai sosok petunjuk pelaksana strategi dari Allah, maka dengan pengenalannya itu menjadi wajib dijadikan pedoman oleh umatnya (QS An Nisa’, 4 : 64 - 65);
2. Tentang tekanan pada kalimat ”risa-latahu”.
Memberikan hukum mutlak tentang keberadaan Al Qur-an (QS Al An’am, 6 : 153), Karena Al Qur-an adalah penyempurna dari seluruh risalah Allah SWT atas para Rasul-Nya (QS Al Baqarah, 2 : 106);
3. Kalimat ”Wallahu ya’shimuka minannasi”, maka di dalamnya tersirat bentuk isyarat yang ditujukan kepada para pemegang amanah para Rasul, yaitu Al ’Ulama (QS Fathir,35 : 28).
4. Secara umum petunjuk ayat tersebut di dalam keterkaitan denan ayat sebelum dan sesudahnya, adalah merupakan petunjuk tentang ”solusi dalam perbaikan umat manusia yang telah terkondisi oleh pola dan program Ahli Kitab”, bahwa awal kerusakan Yahudi dan Nashara adalah di tangan ”para pendeta” (”Al ’Ulama”) (QS At Taubah, 9 : 34). Berarti solusi perbaikannya adalah terletak kepada kesadaran ”para ’Ulama” yang menjadi pusat pandang umat sebagai ”Al Arif”/”Al Khowasy” (QS An Nur, 24 : 37).
Seperti apa yang tersebut di atas maka jelas bahwa peran ’Ulama dituntut kebersamaannya untuk mengangkat Al Qur-an sebagai norma hukum atas umat manusia (QS Al Jatsiyah, 45 : 20) menuju janji Allah SWT, yaitu tegak Daulah Islam Dunia, sebagaimana telah diterangkan oleh Rasulullah saw dalam menjelaskan kedudukan ayat (QS At Taubah, 9 : 33).
Pembahasan :
Bahwa sesungguhnya petunjuk Allah SWT dan Panduan Rasulullah saw sudah cukup jelas, maka berarti ”getaran suara hati nurani umat manusia sedunia telah menjadi satu nada, yaitu suara rindu”, terhadap bangunan Khilafah dan Imamah berdasarkan ketetapan-Nya yang akan dijadikan-Nya sebagai suatu hal yang mengawali perjalanan bagi perubahan dunia secara total sampai akhir zaman.
Dengan demikian berarti bagi perjalanan ’Ulama, antara lain :
1. Perihal terjadi firqoh-firqoh.
Dalam Islam adalah bukan merupakan kendala, sebab hal tersebut telah diisyaratkan Allah terhadap Rasul-Nya (QS Al An’am, 6 : 159).
2. Perjalanan ’Ulama menuju kesepakatan dunia.
Merupakan perintah mutlak, sebagai poros perjalanan Islam dan umat Islam ke depan (QS Al Baqarah, 2 : 208).
3. Perjalanan Mudzakarah ’Ulama
Merupakan proses pengkondisian sebagai pemegang amanah para rasul bagi penggelaran perintah yang ditetapkan Allah SWT terhadap 5 Rasul Pilihan (QS Asy Syura, 42 : 13), dan sebagai pemegang amanah Allah SWT atas makhluk-Nya (QS Fathir, 35 : 27 - 28), sebagai wujud dari isyarat penunjukan Allah SWT kepada Muhammad saw, penutup para Nabi (QS Al Ahzab, 33 : 40) dan sebagai Rasul atas seluruh umat berbagai bangsa di dunia (QS As Saba’, 34 : 28).
Inilah kajian ringkas panduan Al Qur-an di dalam menuju Daulah Islam Dunia.
Mubarki
Gbcm.0908026